Judul Artikel yang direview : MERETAS PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
Sesi Pembahasan dan Tanggal Review : 04.03.2020
1) Pokok Pikiran :
Pendidikan adalah hal terpenting bagi setiap negara untuk dapat berkembang pesat. Negara yang hebat akan menempatkan pendidikan sebagai prioritas pertamanya, karena dengan pendidikan, kemiskinan pada rakyat di negara tersebut akan dapat tergantikan menjadi kesejahteraan. Bagaimanapun, dalam perkembangannya, pendidikan di Indonesia senantiasa harus menghadapi beberapa masalah di setiap tahapnya. Masalahmasalah tersebut hanya dapat diselesaikan dengan partisipasi dari semua pihak yang terkait di dalam sistem pendidikan, seperti orangtua, guru-guru, kepala sekolah, masyarakat, dan juga peserta didik itu sendiri. Pada fase input, orangtua memiliki kontribusi besar dalam memperkenalkan nilai-nilai baik kepada anak-anak mereka. Orangtua bertanggung jawab penuh untuk mendidik anak-anak mereka dengan nilai-nilai kepemimpinan, sehingga mereka mempunyai bekal yang cukup untuk menjadi cikal bakal pemimpin ketika mereka mulai memasuki institusi formal, seperti sekolah. Pada fase proses, orangtua bekerjasama dengan para guru dan kepala sekolah untuk memberikan penguatan kepada peserta didik dalam menerapkan nilai-nilai kepempinan yang baik melalui budaya organisasi di sekolah. Terakhir, pada tahap output, peserta didik harus menghadapi begitu banyak tantangan di dunia nyata, di luar sekolah. Peserta didik yang sudah melalui tahap-tahap sebelumnya di sekolah dengan budaya organisasi yang mengajarkan dan membiasakan nilai-nilai baik dalam hidupnya, maka akan tumbuh menjadi pemimpin yang hebat untuk negara ini.
2) Konsep-konsep penting (keywords):
education, leadership, organization culture
3) Relefleksi:
· Permasalahan Pada Tahap Input.
Kesalahan paling mendasar pada pendidikan dalam lingkungan keluarga adalah kurangnya apresiatif dari segala pihak, khususnya orangtua siswa terhadap penanaman nilai-nilai baik, terutama nilai kepemimpinan. Terkadang orang tua menyekolahkan anak hanya demi peningkatan derajat yang diharapkan dapat bertambah seiring gelar yang tercantum pada nama si anak, tanpa orangtua memberikan contoh dari perilaku mereka sehari-hari. Ketidakmampuan orang tua mendidik anak mereka menjadi sasaran empuk para kapitalis sekolah yang membuka sekolah hanya demi keuntungan semata. Sekolah semacam itu tidak akan mampu mendidik generasi baru yang kokoh secara intelektual, emosional, apalagi spiritual. Megahnya gedung sekolah, kurikulum yang berstandar internasional, maupun manajemen yang tertata rapih tidak menjamin seorang anak akan berhasil dalam kehidupannya, apalagi tanpa ada dukungan dari orang tuanya.
· Input: Mempersiapkan Pendidikan Anak Sebagai Calon Pemimpin.
Kepemimpinan adalah faktor yang tidak bisa dipisahkan dari organisasi. Keluarga merupakan organisasi terkecil dan terdekat yang anak-anak temui setiap hari. Jika keluarga menjadi organisasi informal, maka sekolah adalah organisasi atau institusi formal. Sebelum anak belajar bersosialisasi dengan lingkungan, anak belajar nilai-nilai hidup dari perilaku orangtua atau orang-orang di sekelilingnya yang ia kenal sebagai keluarga. Nilai-nilai yang diperkenalkan dan diajarkan bisa berupa nilai kepemimpinan. Konsep kepemimpinan telah banyak dibahas semenjak zaman Yunani kuno. Banyak literatur yang membahas tentang kepemimpinan, salah satunya adalah McShane dan Von Glinow (2008). Mereka mengungkapkan pendapat bahwa: “Leadership is about influencing, motivating, and enabling others to contribute toward the effectiveness and success of the organizations of which they are members.” Kepemimpinan adalah tentang mempengaruhi, memotivasi, dan mendayakan yang lain untuk berkontribusi terhadap keefektifan dan kesuksesan organisasi yang mana mereka sebagai anggota yangterlibat di dalamnya.
· Permasalahan Pada Tahap Proses.
Permasalahan di sekolah yang paling utama adalah berganti-gantinya kurikulum. Kurikulum adalah tiang penopang dari semua kegiatan belajar mengajar di sekolah. Jika hasil belajar tidak bagus, maka pemerintah serta merta mengganti kurikulumnya. Perubahan kurikulum menyebabkan kepala sekolah dan guru-guru sibuk membenahi perangkat pembelajaran, belajar membuat perangkat pembelajaran bersdasarkan kurikulum terkini, dan lain-lain yang bersifat administratif. Bukannya tidak penting, justru itu semua memang wajib dibenahi sebelum guru terjun mengajar peserta didik. Namun, terkadang waktu dan pikiran jadi habis tertuju kepada itu, sehingga seikit melupakan bahwa ada yang lebih penting daripada masalah administrasi sekolah. Drost (2005) menuliskan dalam bukunya bahwa sekolah yang sadar akan tanggung jawab terhadap penugasannyaharus berfungsi sebagai lembaga pengajaran. Lembaga yang tidak hanya memperhatikan ranah kognitif, tetapi juga menyempatkan tempat dan waktu untuk menanamkan nilai-nilai hidup agar moral peserta didik terbentuk.
4) Pertanyaan
a.bagaimana melatih karakter kepemimpinan anak di lingkungan rumah?
b.bagaimana tanggapan anda soal pergantian kurikulum yang ada di sekolah-sekolah?
0 Komentar